Sedikit mengiringi melodi perjalanan pulau Borneo
khususnya kota Samarinda Kalimantan Timur. Kota yang penuh akan suasana
keramaian dan ekpestasi tentang mimpi untuk menjadi maju dan berkualitas. Kota
yang seakan-akan memiliki persaingan untuk menjadi ibu kota negara Republik
Indonesia. Kota yang memiliki seribu pesona pada budaya dan distinasi alam yang
berkualitas.
Tidak bisa dipungkiri kota ini selalu menjadi objek
para peneliti dan wisatawan untuk mengambil dokumen, data, dan distinasi ke
indahan alam yang ada di wilayah Samarinda.
Samarindah adalah kota yang memiliki picture dengan
berbagai macam corak budaya baik dari suku Bugis, Banjar, Melayu dan Dayak.
Meskipun kebanyakan di sana adalah budaya Banjar.
Kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya saat
berkunjung di kota Samarinda, setelah penutupan event Borneo Undergraduate Academic
Forum ke 4, event di mana banyak mahasiswa-mahasiswa bergengsi se-PTKIN
Indonesia mempresentasikan karya ilmiah mereka di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Samarinda.
Sedikit menceritakan ritorika perjalanan, waktu itu
kami dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak di utus sebanyak 17
orang untuk mengikuti event BUAF Samarinda dengan jumlah yang begitu banyak dan
membuat kami berhasil mendapatan penghargaan yang tidak bisa disesali dalam
hidup kami sebagai peserta terbanyak kedua setelah UIN Antasari Banjarmasin,
selain itu kami juga mendapatkan penghargaan paper terbaik.
Tapi penghargaan tersebut tidak seberapa berharga bagi
kami, ada penghargaan yang lebih bagus lagi ketimbang kami harus menjadi paper
terbaik dan paper terbanyak kedua. Penghargaan terbaik bagi kami yaitu saat
bisa berkunjung ke kota Samarinda mengitari sungai Mahakam yang membuat kami
Samarindu akan tempat tersebut.
Menurut salah satu teman saya Ahmad Yani pada tanggal (7 Juni 2020) mengatakan kota Samarinda merupakan kota yang luar biasa, kenapa luar biasa? karena di dalamnya luar dari pada biasanya dari segi infrastrukturnya jalannya mengingatkan akan jalan seperti di Jakarta mulai dari tolnya, selain itu pemandangan di Kota Samarinda masih cendrung tidak terlalu padat, masih ada nuansa alamnya.
kemudian juga di Samarinda memiliki wisata yang sangat memuaskan bagi saya, seperti contohnya Islamic center dan Sungai Mahakam. Kota Samarinda ini sangat terkenal dengan pesut Mahakamnya, yang saya sayangkan adalah saya tidak bisa bertemu dengan pesut Mahakam dan pengalaman saya ialah ketika saya mengikuti BUAF yang ke 4 di Samarinda ketika tour ke Sungai Mahakam saya tidak melihat satupun pesut Mahakam timbul. Kalau ada pesut yang timbul mungkin ini luar biasa ini kota karena masih ada nuansa alamnya disana.
kemudian juga Ahmad Yani mengatakan kota Samarinda ini pertama kali saya datang saya berpikir apa sih makna kota taman Samarinda salah satu objek wisatanya? ternyata dapat kita pelajari bahwa Samarinda artinya Sama rendah, bahwasahnya masyarakat yang tinggal di desa tersebut tawaddu' kenapa tawaddu' karena mereka menganggap kita sederajat sama rendah. Perjalanan sangat luar biasa ketika saya berjalan dengan Mister Bibie saya mampu membuka wawasan saya dan bercanda riya yang ujar Ahmad Yani (wawancara via whatsapp)
Samarindu adalah perkataan yang tepat ketika kita
menginjakkan kaki di kota ini, kenapa? Karena tempat ini selalu
mengingatkan kita akan perjalanan-perjalanan yang pernah kita lalui, harmoninya
persaudaran saat kita berjumpa dan pergi serta kedamaian menikmati alam membuat
kita bersatu dan ingin kembali lagi ke Samarinda, inilah yang mengakibatkan kerinduan yang
mendalam dalam hati kita.
Kota ini terletak diantara dataran tinggi dan sungai
Mahakam, sungai Mahakam inilah tempat tour bagi peserta event BUAF 4 di
Samarinda. Sungai yang memiliki ukuran yang begitu panjang.
saat itu kami berlayar kesungai dengan menggunakan
kapal Bandung, kapal yang biasanya membawa pengunjung mengitari sungai Mahakam.
Seakan-akan kami tidak bisa selesai menikmati perjalanan di Sungai yang begitu
panjang. Dengan lantunan melodi dan musik yang membuat kami merasa bahagia
serta terharu disetiap perjalanan.
Kitika itu hujanpun tidak kami hiraukan saat mengitari
sungai Mahakam, walaupun diperjalanan kami terkena hujan yang tidak begitu
deras kami tetap melanjutkan perjalanan.
Dari sungai Mahakam terlihat pelangi yang begitu indah
ketika hujan berhenti dan angin spoy-spoy membuat kami terasa tentram, damai
dan nyaman.
Sungai Mahakam Samarinda membawa kami kedimensi di
mana kami saling mengenal, saling bercanda dan saling tertawa. Keseruan
tersebut tidak ada bandingnya ketika kami mempresentasikan paper kami.
Keakraban tercipta ketika kami rihlah bersama dosen-dosen dan peserta lain.
Tumbuhnya suatu iba yang mengukir suatu perjalanan di
kota Samarinda membuat kami menghormati suatu perjalanan yang tidak bisa kami
bayangkan untuk kesekian kalinya.
Dosen yang begitu kami segani di perkuliahan dengan
perjalanan tersebut kami bisa akrab seperti halnya keluarga.
Mungkin kerinduan mendalam untuk kembali ke Samarinda
membuat kami tidak bosan bosanya menjalin pertemanan dengan orang setempat.
Karena kota ini adalah kota yang penuh akan kenangan bersama.
Bibi Suprianto
bibisuprianto78@gmail.com
wawancara: Ahmad Yani
Keterangan : poto ini di ambil ketika BUAF 4, oktober 2019
Ditulis pada 8 Juli 2020