Budaya Tar Pada Masyarakat Melayu Teluk Pakedai, Kalimantan Barat.
borneo kalimantan baratBudaya Tar pada Masyarakat Melayu Teluk Pekedai Kalimantan Barat - merupakan suatu tradisi yang terus menerus di lakukan, dalam keadaan dan waktu tertentu. Bahkan budaya yang sangat melekat
dengan masyarakat bisa menjadi adat, yang apabila di tinggalkan ada suatu
konsekuansi bagi mereka yang sengaja untuk meninggalkannya. Negara kita
tercintai ini kaya akan Budaya, Bahasa, Suku, dan Agama. Keberagaman inilah
yang menjadikan Indonesia sebagai negeri warna warni kehidupan.
Dari keberagaman itulah para pahlawan kemerdekan Indonesia membuat suatu semoboyan Bhenika Tunggal Ika yang di artikan Berbeda-beda Tetap Satu Tujuan yakni tegaknya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) meskipun di naungi perbedaan.
Melayu merupakan salah satu Suku
yang lahir sebelum merdekanya negeri ini. Bahkan sampai saat ini, bukan hanya
ada di Indonesia melainkan beberapa Negara ada orang-orang Melayunya, seperti
Malaysia, Brunei, Singapure, Thailand, dan lain-lain. Di Indonesia sendiri
Bahasa Melayu menjadi bahasa Nasional yang setiap warga Negaranya harus bisa
berbicara menggunakan bahasa ini.
Masyarakat Melayu juga kaya akan Tradisi dan Budaya yang mana sampai saat ini masih tegak berdiri dan terus dilestarikan oleh generasi-genarsi baru. Sebagai mayoritas masyarakat Melayu. Kec. Teluk Pakedai Kab. Kubu Raya Kalimantan Barat. Terus memegang amanat dari para leluhurnya untuk terus mempertahankan tradisi ini. Tradisi menabu Tar, karena sebuah pepatah Adat Melayu mengatakan biar mati anak, jangan mati adat/tradisi. Pepatah itu mencerminkan betapa pentingnya keberadaan adat dalam kehidupan masyarakat Melayu.
Budaya Tar adalah salah satu Budaya alat musik Melayu ini, sampai sekarang terus menunjukan eksistensinya baik di masyarakat teradisional maupun masyarakat modern. Adanya pembinaan dan regenerasi dari pendahulunya membuat Budaya Melayu yang satu ini terus berkembang. Di Teluk Pakedai setidaknya sudah ada 2 komunitas Tar yakni Nurul Akbar dan Raudatul Khadra Nurul Falah.
Alat musik yang terbuat dari Kayu Leban, Kulit Sapi, dan Tembaga. Di sulap menjadi suatu alat musik yang enak di dengar karena memiliki 3 pesan suara yang berbeda, yang disebut anak 1 anak 2 dan anak 3. Musik ini di mainkan oleh 3 orang penabu, masing-masing penabu memegang kata kunci yang berbeda dan bunyi yang berbeda. Apabila sudah di satukan akan membentuk suatu bunyi yang menunjukan ciri khasnya. Tentunya harus dimainkan oleh yang ahli, yang sudah terlatih, agar mendapatkan bunyi yang diinginkan.
Macam-macam tradisi yang diiringi dengan alat Tar:
1. Pernikahan
Dalam suatu acara pernikahan bagi masyarakat Melayu dan Bugis tidak pernah meninggalkan tradisi yang satu ini. Terutama ketika mengantar mempelai pengantin pria ke tempat resepsi, pasti di iringi oleh Tabuan Tar yang menghiasi suasana pengantaran mempelai pria tersebut. Setibanya di rumah Walimatul Ursy, Para Penabu Tar akan menunjukan pertunjukan Nyanyian sekaligus diiringi Tabuan Tar tersebut. Lagu Sholawat dan Dzikir kepada Allah itulah kalimat-kalimat yang di sugukan, tak lupa pantun atau puisi di persembahkan untuk pengantin sambil di iringi Tabuan Tar.
2. Khataman Qur’an
Bagi Masyarakat Melayu dan Bugis, terutama di Teluk Pakedai apabila sudah menghatamkan nagjinya baik anak-anak, pemuda, maupun orang tua. Maka akan di buat acara selamatan Khataman Qur’an. Bagi yang berkhatam, maka ia akan di arak dari rumah yang sudah di tentukan, baik itu rumah keluarga, suadara, ataupun yang lainnya untuk menuju ketempat di laksanakan-Nya acara Khataman Qur’an tersebut. Biasanya acara Khataman Qur;an ini sama besarnya dengan acara pernikahan, karena memang mereka menghargai kepada mereka yang sudah berhasil menghatamkan Al-Quran sebanyak 30 Juz. Bisa di bilang itu sebagai hadiah untuk mereka.
3. Berzanjian
Ketika naik rumah baru, naik tojang anak yang baru lahir, merolahan. Maka akan di adakan acara berzanjian yang di baca adalah maulidurrosul. Kitab yang digunakan adalah syariful anam barzanji nasor berzanji nazom. Ketika membacakan syariful anam maka akan di iringi oleh Tabuan Tar yang menjadi pelengkap dalam pembacaan syariful anam.
Sebagai masyarakat Melayu dan Bugis tentunya kita bangga memiliki Budaya yang sampai saat ini terus berkembang baik dikalangan orang tua, pemuda hingga anak-anak. Sebagai generasi penerus, anak-anak Melayu terutama Melayu Teluk Pakedai untuk bisa terus mempertahankan dan melestarikan budaya ini mengingat pepatah, kecil dikandung Ibu, Besar dikandung adat, dan mati dikandung tanah.
Penulis : Ahmad
Publikasi : 23 Agustus 2020
www. borneolive.com