Featured Post

Yang kami rekomendasikan

Bukit Kelam, Batu Raksasa Yang Terbaring Di Bumi Senentang

       Bukit Kelam atau Gunung Kelam merupakan sebuah batu raksasa (monoloit) yang terletak di Kalimantan Barat, tepatnya di Kabupaten Sin...

Eksplorasi Sejarah Lisan dan Keindahan Wisata Bahari Pulau Lemukutan

Eksplorasi Sejarah Lisan dan Keindahan Wisata Bahari Pulau Lemukutan

        



Oleh: Saripaini

Dosen LB IAIN Pontianak
E-mail: 
saripainikuliah@gmail.com

 

Pulau Lemukutan merupakan salah satu wisata bahari primadona di Kalimantan Barat. Pantai biru jernih yang memperlihatkan keindahan terumbu karang menjadi daya tarik wisatan lokal hingga manca negara. Wisatawan yang datang berlibur dapat menikmati berbagai aktivitas, seperti snorklingdiving, dan banana boat. Selain itu mereka juga dapat menginap di homestay milik masyarakat lokal yang terletak di tepi pantai, memberikan pengalaman auntentik. Wisata Pulau Lemungkutan berpusat di kawasan Teluk Cina dan Melano. Kedua lokasi ini merupakan tempat strategis bagi wisata bahari.

Tiket masuk ke kawasan wisata Pulau Lemukutan adalah 10.000/orang, sementara harga sewa homestay milik masarakat lokal pada umumnya berkisar 250.000 – 300.000 /malam. Fasilitas yang diperoleh, yakni kamar tidur, toilet, dan dapur bersama. 1 kamar biasanya dapat diisi oleh 2-6 orang. Namun, pengelola wisata pulau Lemungkutan juga banyak menawarkan paket wisata, dimulai dari 299.000/orang dengan fasilitas penyebrangan, kamar tidur, dan makan. Harga paket biasanya menyesuaikan fasilitas dan waktu.

Secara administratif Pulau Lemukutan terletak di Desa Lemungkutan Kecamatan Sungai Raya Kepulauan Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Perjalanan dari Kota Pontianak menuju Pulau Lemungkutan akan memakan waktu 2-3 jam perjalanan darat menuju Dermaga Teluk Suak, Kabupaten Bengkayang, kemudian dilanjutkan dengan kapal motor kurang lebih 1 jam. Luas Desa Pulau Lemungkutan 1453 Ha yang terbagi menjadi tiga Dusun, yakni: Dusun Batu Barat, Dusun Karang Timur, Dusun Karang Utara. 

Pulau Lemukutan menawarkan pengalaman wisata bahari yang memukau, terutama keindahan terumbu karangnya. Saat snorkeling, wisatawan dapat menyaksikan pesona bawah laut dengan ikan-ikan kecil yang menggemaskan, seperti ikan nemo, berenang di antara karang-karang warna-warni. Pengalaman ini semakin lengkap karena wisatawan akan didampingi oleh instruktur yang siap membantu dan memastikan keamanan. Tidak hanya itu, instruktur juga akan mendokumentasikan momen-momen menyenangkan saat eksplorasi, membuat perjalanan semakin berkesan. Dengan segala kemudahannya, Pulau Lemukutan menjadi tempat sempurna bagi para pecinta alam bawah laut untuk merasakan kedamaian di bawah air. 

Saat malam tiba, Pulau Lemukutan tetap menawarkan kenyamanan yang membuat pengunjung betah. Aktivitas barbeque di tepi pantai menjadi salah satu momen yang paling dinantikan, menciptakan suasana hangat dan akrab. Penginapan di pulau ini biasanya telah menyiapkan perlengkapan barbeque, sementara ikan segar dapat dibeli dari masyarakat lokal atau sudah termasuk dalam paket wisata. Wisatawan dapat menikmati malam dengan berkumpul bersama teman atau keluarga, berbagi cerita di tepi laut sambil menyantap makanan yang baru saja dibakar. Dengan suasana yang tenang dan angin laut yang sejuk, malam di Pulau Lemukutan memberikan kesan relaksasi sempurna setelah seharian menikmati keindahan alam.

Bagi orang-orang yang datang untuk menikmati keindahan alam, Pulau Lemukutan adalah tempat berwisata, tempat melepas penat, dan tempat bersenang-senang. Namun, bagi penduduk lokal Pulau Lemukutan adalah tempat di mana ia hidup, tinggal, dan dibesarkan. Jauh sebelum eksistensi Pulau Lemukutan sebagai lokasi pariwisata, masyarakat lokal telah memiliki sistem kehidupan yang merujuk pada nilai baik dan buruk berdasarkan pertimbangan terhadap keyakinan, agama, filosofis, dan budaya. Sejarah terbentuknya pemukiman telah dimulai puluhan hingga ratusan tahun yang lalu.

Penduduk Lokal yang mendiami Pulau Lemukutan adalah Orang Melayu Sambas, namun suku lainnya juga dapat ditemui, seperti suku Cina/Tionghoa, Dayak, Bugis, Jawa. Adapun bahasa yang kerap kali muncul ruang interaksi sosial di Pulau Lemungkutan adalah bahasa Melayu Sambas.  Pada umumnya masyarakat yang tinggal di kawasan Teluk Cina adalah pendatang, sementara masyarakat lokal banyak mendiami kawasan Melano dan Dusun Batu Barat.

Saat ini, Pulau Lemukutan dihuni oleh kelompok Melayu Sambas yang dipercaya sebagai penduduk asli wilayah tersebut. Namun, masyarakat juga mengakui bahwa di masa lalu pulau ini pernah dihuni oleh komunitas Tionghoa, yang namanya diabadikan dalam salah satu lokasi terkenal, yakni Teluk Cina. Hal ini menunjukkan bahwa pulau tersebut memiliki sejarah keberagaman budaya yang kaya. Selain itu, karena Pulau Lemukutan merupakan bagian dari Kerajaan Sambas yang bercorak Islam, komunitas Muslim Melayu Sambas telah lama menjadi bagian integral dari masyarakat pulau ini.

Meskipun Pulau Lemukutan baru dikenal luas sebagai destinasi wisata sejak tahun 2015 yang ditandai dengan dimulainya pendirian homestay, sejarah keberadaan pulau ini jauh lebih tua. Pada masa lampau pulau ini bukan lokasi wisata, melainkan titik perlawanan penting melawan serangan lanun (bajak laut) yang sering mengancam wilayah Sambas. Letak geografis Pulau Lemukutan yang terpisah dari daratan Pulau Kalimantan memungkinkan pulau ini berfungsi sebagai pos pemantauan kapal asing yang akan memasuki kawasan Sambas.  

Berdasarkan narasi lisan yang berkembang pada masyarakat lokal, Pulau Lemungkutan merupakan satu kawasan yang mendapatkan perhatian khusus dari kerajaan Sambas. Cerita lisan menyebutkan bahwa di masa lampau Raja Sambas secara khusus mengutus Panglima yang bernama Datuk Meruhum untuk berjaga di Pulau Lemukutan. Masyarakat setempat meyakini, bahwa pada masa lalu terdapat meriam yang digunakan oleh panglima untuk menjaga keamanan dari ancaman lanun. Saat ini, meskipun meriam tersebut dianggap sebagai senjata gaib, keberadaannya disimbolkan melalui miniatur meriam yang dipajang di pulau. Bukti lain dari jejak pertahanan masa lampau dapat ditemukan di Dusun Batu Barat, Desa Pulau Lemungkutan, di mana terdapat kuburan-kuburan tua yang menunjukkan adanya pemukiman lama di pulau tersebut. Satu di antara kuburan tua tersebut diyakini sebagai makam “Tan” (Keturunan Raja Sambas).

Sejarah Lisan yang berkembang pada masyarakat lokal menambah daya tarik Pulau Lemukutan sebagai destinasi wisata yang unik. Cerita-cerita lama tentang eksistensi pulau ini, seperti peran strategisnya dalam pertahanan Kerajaan Sambas, meriam gaib, hingga keberadaan tokoh penting seperti Datuk Meruhum, memberikan warna tersediri dalam pengalaman wisata. Bukti peninggalan sejarah, seperti kompleks makam tua dan miniatur meriam gaib, memperkuat daya tarik bagi wisatawan. Hal ini akan memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk belajar lebih dalam mengenai kekayaan sejarah pulau Lemukutan.

Pengintegrasian keindahan alam dan narasi sejarah yang kaya dari Pulau Lemukutan menawarkan pengalaman wisata yang tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga menghidupkan kembali kisah masa lalu. Dengan demikan, Pulau Lemukutan dapat menjadi tujuan wisata yang berharga. 

Semoga bermanfaat…

Tari Semah Laut menggambarkan kehidupan Nelayan dari Masyarakat Melayu di Kayong Utara

Tari Semah Laut menggambarkan kehidupan Nelayan dari Masyarakat Melayu di Kayong Utara


 Oleh: Bibi Suprianto
Dosen Luar Biasa (DLB)
IAIN Pontianak

Festival Melayu di Pontianak memberikan warna yang menarik dalam menggambarkan tradisi lokal pada masyarakat adat. Tari Tradisi Semah laut yang dibawa oleh penari Kayong Utara mencerminkan nilai-nilai budaya lokal yang kental akan pengetahuan tradisional pada masyarakat adat. Hal ini dikarenakan bahwa tradisi Semah Laut menjadi penampilan yang apik bagi penari dari Kayong Utara. Saya melihat ada gerakan yang unik saat tari semah laut direpresentasikan di panggung. Para penari yang menggunakan pakaian bewarna merah, dan membawa kapal, serta bernari-nari adalah bentuk yang mengambarkan symbol dan makna secara filosofis. Makna inillah yang membuat saya terpana dan terkagum saat melihat para penari dari Kayong Utara menampilkan seni mereka. 

 

Tari Tradisi Semah Laut menggambarkan bahwa para Nelayan yang bekerja memiliki pengetahuan lokal dalam menjaga alam di sungai. Tari ini selain menggambarkan masyarakat Melayu Kayong Utara yang gemar mencari ikan sebagai Nelayan, tari ini juga menggambarkan bahwa masyarakat Kayong Utara memiliki ritual dalam menjaga hubungan mereka dengan alam. Hal ini dikarenakan bahwa tradisi Semah Laut merupakan tradisi yang diwarisi oleh para leluhur untuk dijadikan sebuah kepercayaan lokal, dan memiliki nilai-nilai kearifan pada masyarakat adat. 

 

Mereka percaya bahwa masyarakat lokal harus menjaga sungai dari kehidupan sosial. Jika mereka memutuskan hubungan dengan alam atau leluhur yang ada di sungai, maka akan mengakibatkan bencana alam, bahkan susahnya mencari ikan di laut karena konsep masyarakat adat tidak menghargai leluhur di parairan. Tari Semah Laut seakan-akan menggambarkan bahwa kehidupan masyarakat adat selalu berdampingan dengan kehidupan para leluhur. Konsep inilah yang disebut sebagai ilmu ghaib, yang menyatakan bahwa manusia selalui memiliki spiritualitas dan hubungan dengan roh leluhur. Tari Semah laut sangat penting bagi masyarakat Kayong Utara, mereka menampilkan seni ini untuk memberikan pengetahuan lokal dalam tradisi adat istiadat masyarakat Melayu. Dengan memahami adanya tradisi pada masyarakat lokal, maka akan memberikan kepedulian masyarakat Melayu dalam menjaga alam terutama menjaga laut dari kerusakan akibat ulah manusia. 

Representasi Tari Pernikahan adat Suku Melayu Singkawang

Representasi Tari Pernikahan adat Suku Melayu Singkawang

 

 

Oleh: Bibi Suprianto

Dosen Luar Biasa (DLB) IAIN Pontianak

23 Oktober 2024, Saya pergi ke rumah adat Melayu untuk menonton festival budaya Melayu di Pontianak. Ada keunikan pada malam hari ketika saya datang ke rumah adat Melayu di kota Pontianak. Saya menonton lomba tari yang unik dari penampilan setiap daerah. Sebut saja tari pernikahan adat kota Singkawang. Tarian ini tidak hanya memiliki nilai-nilai kearifan lokal dalam sebuah budaya, tetapi juga nilai-nilai agama Islam yang kental pada masyarakat adat Melayu Singkawang. 

Ada keunikan yang muncul dalam tari pernikahan adat Melayu Singkawang. Keunikan tersebut terletak pada dua pengantin yang menikah kemudian dilakukan sebuah ritual keagamaan. Bagi masyarakat Melayu ritual masyarakat adat tidak sah jika tidak dilakukan sebuah ritual keagamaan. Awalnya, tari tersebut menggambarkan dua orang pasangan yang sedang bertemu di suatu tempat. Pertemuan itu kemudian memberikan pandangan cinta dari tatapan antara seorang pujangga laki-laki dan perempuan. Setelah mereka merasa tertarik antara satu dengan lainnya, kemudian mereka berdua melakukan pernikahan. Di pernikahan inilah, para penari merepresentasikan kebudayaan Melayu mulai dari hantaran, pernikahan yang dilakukan adat Melayu, kemudian setelah menikah mereka melakukan ritual tepung tawar untuk merepresentasikan Kembali antara nilai budaya dan ajaran Islam.

Dalam tradisi tepung tawar yang dilakukan oleh masyarakat Melayu, memiliki makna yang terdapat pada material atau bahan pada tepung tawar. Seperti beras Kuning, beras putih, dan air tepung tawar. Beras kuning melambangkan kejayaan bagi kehidupan manusia. Masyarakat Melayu yang telah menikah, lalu ditaburi dengan beras kuning menurut kepercayaan masyarakat adat Melayu, akan memberikan rezeki yang berlimpah bagi pengantin baru. Beras putih melambangkan kesucian. Masyarakat Melayu mempercayai bahwa Ketika beras putih ditaburkan, maka menggambarkan bahwa pernikahan dibangun dalam kesucian karena cinta Ilahi. Sedangkan air tepung tawar merepresentasikan bahwa air ini penenang jiwa untuk seorang manusia. 

Tari Melayu Singkawang mencoba menggambarkan tradisi pernihakan pada masyarakat lokal yang menjadi sebuah pertemuan antara budaya dan agama. Hal ini dikarenakan kebudayaan Melayu Singkawang memiliki nilai-nilai lokal yang berlandasrkan pada “Adat bersandikan syara’, syara’ bersandikan kitabullah” yang mana setiap tradisi lokal pada masyarakat Melayu mencerminkan nilai-nilai Islami pada masyarakat. Praktik secara Islami juga dilakukan dengan cara bersholawat kepada para pengantin, dan memainkan hadrah sebagai rasa syukur untuk pernikahan pada adat Melayu. Dengan melihat prosesi ferstival tari Melayu Singkawang, kita memahami bahwa tradisi lokal dapat direpresentasikan melalui sebuah seni.

Pemulihan Gangguang Kejiwaan pada Mayarakat Dayak Seberuang di Era 1970-an

Pemulihan Gangguang Kejiwaan pada Mayarakat Dayak Seberuang di Era 1970-an

 


Oleh: Saripaini

Dosen Luar Biasa (DLB)

IAIN Pontianak



Suatu hari di sela-sela kegiatan pendampingan menulis bagi masyarakat Adat di Rumah Punjung, saya dihampiri oleh Pak Ala, seorang tokoh Adat Dayak di kawasan Tempunak, Kabupaten Sintang. Pak Ala antusias menceritakan tentang tradisi perawatan mental yang berkembang pada masyarakat Dayak pada tahun 1970-an. Cerita ini langsung menarik perhatian saya, karena beberapa tahun terakhir saya cukup tertarik dengan diskusi indigenous counseling. Rasanya seperti menemukan benang merah antara cerita Pak Ala dengan minat saya, yang mebuat obrolan kami semakin asyik. Pak Ala memulai ceritanya sambil memegang kotak pengobatan yang biasa digunakan dukun sebagai tempat peralatan perdukunan, seperti jimat, batu, minyak, dan lain sebagainya. Tempat obat yang diwarnai merah hitam itu, diukir wajah kemungkinan gambaran makhluk yang mendapingi dukun. Menurut penuturan Pak Ala, dahulu, ketika masyarakat Dayak jauh dari jangkauan medis dan belum memeluk agama, pengobatan dilakukan secara tradisional yang kerap dirangkaikan dengan ritual adat. Satu di antara penyembuhan yang dilakukan melalui ritual adat penyembuhan sakit gila. Gila biasanya dialami oleh perempuan pasca melahirkan. Menurut pengetahuan yang berkembang pada masyarakat Dayak Desa dan Seberuang di kawasan Tempunak kala itu, perempuan pasca melahirkan memang rentan mengalami kegilaan, karena lebih rentan diganggu oleh makhluk halus. Ya, di masa lampau masyarakat Dayak meyakini bahwa kegilaan yang dialami oleh manusia disebabkan oleh gangguan jin/makhluk halus. Jin pengganggu dapat menyebabkan seorang lupa dengan dirinya, anak, suami, serta keluarga.

Untuk menyembuhkan penyakit gila, masyarakat Dayak akan melaksanakan ritual yang cukup besar, dengan 7 ekor ayam dan 3 ekor babi sebagai sejaji. Ritual dipimpin oleh seorang dukun yang menjadi perantara antara manusia dengan roh leluhur atau jin pengganggu. Dalam proses penyembuhan, dukun dengan bantuan jin ular sawa disertai mantra akan membelah kepala orang yang gila dengan senjata yang sangat tajam (parang), sehingga kepala si pasien terbuka dan darah menjiprat. Tindakan tersebut diyakini sebagai proses pengeluaran jin dari dalam tubuh manusia. Kemudian setelahnya dukun akan mengusap kepala pasiennya dengan tangan, sehingga tidak kelihatan luka sama sekali. Kepala yang dibelah hingga berdarah, kembali utuh tampa bekas luka.

Setelahnya pasien hanya akan merasakan lemah dan hanya perlu dirawat hingga kembali pulih, sementara gilanya sudah sembuh. Dia telah bisanya mengingat diri, anak, dan suaminya. Mereka meyakini bahwa jin pengganggu telah dikeluarkan saat kepala dibelah. Dukun telah berhasil bernegosiasi dengan jin pengganggu dengan memberikannya sesajian dan memintanya untuk kembali ke tempat semula. 

“Wah, menarik-menarik,” reaksiku di akhir cerita sambil menyimpan kengerian membayangkan saat kepala dibelah dengan senjata tajam dan darahnya muncrat ke mana-mana. “Kalau sekarang bagaimana pak? Apa ritual itu masih dilakukan?”

“Tidak lagi. Sekarang kita sudah mengenal medis, serta sudah memeluk agama. Semenjak beragama, makhluk halus seperti itu sudah tidak mau lagi mendekat, karena masyarakat tidak percaya.”

“Jadi ini adalah tentang kepercayaan ya pak, kalau tak percaya pengobatannya tidak akan berhasil.”

“Iya.”

Keyakinan sebagai Instrumen Utama dalam Proses Pemulihan 

Meskipun zaman dan teknologi terus berkembang, serta kehidupan beragama semakin maju, catatan sejarah dan pengetahuan lokal yang pernah berkembang di dalam ruang sosial masyarakat adat tidak bisa dihapus. Tindakan yang saat ini dilabeli dengan istilah “mitos” ternyata pernah menjadi bagian dari alternatif pemecahan masalah yang pernah mentradisi. Dalam kata lain, praktik ritual adat terhadap pemulihan gangguan kejiwaan yang berkembang pada Dayak Seberuang telah teruji melalui pengalaman masyarakat adat.

Tapi, saat ini pengobatan melalui ritual adat kerap dianggap tidak relevan lagi. Salah satu alasannya adalah kemanjuran pengobatan secara tradisional kerap kali tidak dapat dibuktikan. Hal ini berkaitan dengan keyakinan, menurut masyarakat adat pengobatan tradisional akan efektif jika dilakukan tanpa keraguan.  Tapi, sebagai kelompok masyarakat yang telah memeluk agama, mereka juga dihadapkan pada tuntutan untuk tidak melanggar aturan agama melalui riual adat yang dianggap bertetangan. Posisi dilematis ini memicu keraguan, sehingga ritual adat yang semula menjadi alternatif penyelesaian masalah, justru dipandang sebagai tindakan yang bermasalah. Fenomena ini menampilkan bahwa telah terjadi transformasi budaya dalam kehidupan masyarakat Dayak Seberuang di Sintang. 

Terlepas dari difungsi ritual adat sebagai alternatif penyelesaian masalah, saya melihat bahwa keyakinan adalah kunci penting dalam proses pemulihan. Diskusi tentang bagaimana keyakinan memiliki kapasitas untuk mempengruhi situasi terasa penting dan menarik, karena keyakinan kerap kali memberikan kekuatan tersendiri dalam menghadapi masalah. Dalam konteks pemulihan ini, keyakinan menjadi instrumen utama keberhasilan proses pemulihan. Orang yang yakin dengan proses penyembuhan, baik secara spiritual maupun emosional, cendrung mengalami hasil yang lebih positif.

Berdasarkan penuturan dari Pak Ala, maka dapat dipahami bahwa keyakinan memainkan peran penting dalam proses pemulihan. Keyakinan dapat mendatangkan keajaiban yang melampaui logika manusia. Misalnya, kepala yang sudah dibelah bisa kembali menyatu tanpa bekas, seolah membelah air yang akan menyatu tanpa jejak. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya peran keyakinan terhadap keberhasilan dari proses penyembuhan. 

Meskipun ritual adat dianggap kurang relevan sebagai solusi, namun peran keyakinan dalam mempengaruhi situasi tetap penting, terutama dalam konteks indigenous counseling. Kerangka kerja ritual adat (cara adat) dalam pemulihan gangguan kejiwaan masyarakat Dayak Seberuang di masa lalu menjadi gambaran penting tentang bagaimana budaya dan spiritualitas lokal dapat memberikan solusi terhadap masalah psikologis. Cara-cara masyarakat adat dalam menyelesaikan masalah psikologis di masalah lampau, boleh jadi masih untuk dipelajari dan diadaptasi dalam konteks konseling moderen.

Manfaat ikan Belidak

Manfaat ikan Belidak

 

Manfaat Ikan Belidak


Sumber poto: Prof Zaenuddin Hadi Prasojo & Didi Darmadi, M.Pd


       Ikan belidak mungkin sudah tidak asing lagi bagi banyak orang. Ikan ini biasanya ditemukan diperairan sungai air tawar Kalimantan Barat. Banyak orang-orang memancing dan mencari ikan belidak sebagai kebutuhan makanan. Apalagi ikan belidak sangat enak jika dimasak dan diolah menjadi makanan khas Kalimantan Barat. Seperti Kerupuk basah yang diolah menjadi khas dari makanan Kapuas Hulu di Kalimantan Barat. Namun, apa saja kandungan yang ada dalam ikan Belidak tersebut? Dari sumber yang dikutip oleh betani.co.id ikan belidak mengandung banyak gizi seperti kalori 120 kal, protein 16,5 g, lemak 5,3 g, kabrohidrat 0,4 g, kalsium 52 mg, fosfor 216 mg, besi 1,1 g, Vitamin A 233 SI, Vitamin B 0,1 mg, Vitamin C 0 mg. Dari kandungan tersebut ikan ini sangat dicari oleh banyak orang.

    Selain itu, ikan Belidak juga memiliki kandungan omega 3. Omega ini menurut para peneliti membuktikan bahwa asam lemak omega-3 terbukti secara signifikan mengurangi resiko kematian mendadak yang disebabkan oleh aritmia jantung dan semua penyebab kematian pada pasien dengan penyakit jantung koroner yang diketahui. Selain itu, dosis asam lemak omega-3 yang tinggi diperlukan untuk mengurangi peningkatan kadar trigliserida (2 hingga 4 g per hari) dan untuk mengurangi kekauan di pagi hari dan jumlah sendi lunak pada pasien dengan rheumatoid arthritis (setidaknya 3 g perhari) serta penurunan tekanan darah yang sederhana terjadi dengan dosis asam lemak omega 3 yang jauh lebih tinggi. Dengan mengkonsumsi ikan belidak dapat membantu Kesehatan seseorang.